MISTERI
LAGU LAYAR DI MALAM HARI
Pet! Mati lampu. Sontak, Zico membuka matanya yang
mengantuk. ‘’layar terkembang di tengah
malam gelap. Memanggil para bintang di langit.’’
Hah? Apakah ia salah dengar? Rasanya ia mendengar
suara nyanyian!
Buuur…buuuur…
Zico mulai merinding. Suara nyanyian itu kini
diselingi bunyi debur ombak.
“Di
tengah layar kudoakan ibu di rumah,” nyanyian suara misterius itu.
Astaga! Jangan-jangan itu lagu Layar Malam Hari. Konon, lagu itu dulu
sering dinyanyikan oleh Raja Segentar Alam di atas kapalnya. Namun, kapal itu
karam di Bukit Siguntang, Palembang.
Baru tadi siang Zico dan sepupu-sepupunya
mengunjungi Bukit Siguntang dan makam Raja Segentar Alam yang sekarang jadi
tempat wisata.
Buuur…buuuuurrrr… debur ombak yang mengiringi nyanyian
itu terdengar sedih. Ditambah lagi, lampu yang mendadak mati. Siapa yang tidak
ketakutan? Zico jelas ketakutan. Apakah ini akibat perbuatan iseng ia dan
sepupunya tadi siang?
Ya, sore tadi, Zico dan Ricky, sepupunya,
mendengar cerita dari Pak Pemandu tentang keramatnya Bukit Siguntang dengan
makam-makamnya. Usai mendengar cerita itu, Zico menantang Ricky.
“Kamu pasti enggak berani kembali ke sana
sendirian dan meninggalkan ‘tanda mata’ di makam Raja Segentar Alam.”
“Berani saja!” sambut Ricky. Ia lalu menantang
Zico untuk melakukan hal yang sama. Tentu saja Zico tidak mau kalah. Ia juga
menerima tantangan itu.
“Aku juga berani!” seru Toddy, adik Ricky, tak mau
ketinggalan.
“Ah, anak kecil, jangan ikutan!” tukas Ricky.
Toddy memang selalu saja mau ikut dalam permainan Zico dan Ricky. Zico ingat,
sore itu, orang tua mereka turun dari bukit dan pergi ke toilet. Di saat
itulah, ia dan Ricky berlari mendaki bukit Siguntang lagi. Zico sebetulnya
merasa seram saat mendatangi makam Raja Segentar sendirian. Tetapi ia tidak mau
dicap penakut. Jadi, masuklah ia ke bangunan makam dan menyelipkan kelerengnya
disitu. Setelah ia keluar, Ricky juga masuk sendirian ke dalam makam.
“Layar
terkembang di tengah malam…” Suara nyanyian itu terdengar
lagi. Lamunan Zico buyar.
Buuuurrr…buuur… terdengar lagi bunyi deburan
ombak. Nggrrr…nggrrrr… He? Suara apa itu? Kok, di tengah laut ada suara seperti
itu? Zico penasaran.
Tiba-tiba Zico tersenyum dalam kegelapan. Sambil
meraba-raba, ia berjalan ke arah pintu.
“Dor!” seru Zico sambil membuka pintu dan
menyorotkan senternya ke balik pintu. Ricky yang berjongkok di balik pintu,
amat terkejut. Ada handphone dan pemutar musik di tanganya.
“Wah, ketahuan, deh! Pintar juga kamu, Co,” puji
Ricky.
“Idemu sih, lumayan juga. Mematikan lampu, lalu
memutar lagu rekaman lagu Layar Malam
Hari dan debur ombak. Lumayan bikin aku ketakutan. Tapi, sayang kamu tidak
teliti! Rahasiamu jadi terbongkar!”
“Lo, memangnya apa?” tanya Ricky heran.
“Ituu..bunyi debur ombak yang kamu pakai… kamu
pasti mengambilnya di internet dan dari situs luar negeri. Suara nggrrr…ngrrrr…
itu, kan, suara burung puffin yang enggak ada di Indonesia. Masa Raja Segentar
Alam datang ke Palembang sambil bawa burung puffin! Ha..ha..ha..ha..” tawa
Zico.
“Oh, ya ampuuun! Ha ha ha ha…” Ricky ikut tertawa.
Tiba-tiba,…
Tok tok tok! Bunyi ketukan di jendela kamar Zico
membuat mereka berhenti tertawa. Siapa yang mengetuk jendela kamar Zico dan
Ricky berpandangan.
Tok tok tok! Bunyi ketukan itu semakin keras. Terdengar
jelas dikesunyian malam. Zico maju dan membuka tirai kamarnya. Tidak ada
siapa-siapa di sana. Zico membuka kunci jendela dan membuka jendelanya. Pluk! Sesuatu
di ambang jendela terjatuh karena terkena daun jendela yang terbuka.
Ricky dan Zico berpandangan. Keduanya menyorot
senter ke bawah jendela. Mereka berdua kembali saling pandang dengan terkejut. Di
bawah sinar senter, tampak tergeletak kelereng Zico dan saputangan Ricky! Kedua
benda yang mereka letakkan di makam Raja Segentar Alam. Seketika, Ricky dan
Zico menjerit ketakutan.
Ssst… cerita belum selesai. Di halaman, tak jauh
dari jendela kamar Zico, di dalam semak, si kecil Toddy bersusah payah menahan
tawa. Ya, dialah yang mengambil kembali kelereng Zico dan saputangan Ricky dari
makam Raja Segentar Alam. Ia juga yang mengetuk jendela kamar Zico.
“Hi..hi...hi.. meremehkan anak kecil sih. Biarpun kecil,
aku lebih berani dari kalian,” gumam Toddy sambil terus menahan tawa.
“Anak
kecil pemberani juga tidak boleh memisahkan diri di tempat wisata,” bisik
suara suara di belakang Toddy, diiringi bunyi ombak.
“Hwaaa…!”
pekik Toddy, langsung lari keluar dari semak. Ia memanjat jendela, masuk ke
kamar Ricky dan Zico.
Sumber:
Majalah BOBO






kerennnnnnn........ !!!!!!!!
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus