PEMBELAJARAN MENULIS PERMULAAN DI SEKOLAH DASAR
A. Menulis Permulaan
Sebagai suatu
keterampilan berbahasa, menulis merupakan kegiatan yang kompleks karena penulis
dituntut untuk dapat menyusun dan mengorganisasikan isi tulisannya serta
menuangkannya dalam formulasi ragam bahasa tulis dan konvensi penulisan
lainnya. Dibalik kerumitannya, menulis mengandung banyak manfaat bagi
pengembangan mental, intelektual, dan sosial seseorang. Menulis dapat
meningkatkan kecerdasan, mengembangkan daya inisiatif dan kreativitas,
menumbuhkan keberanian, serta merangsang kemauan dan kemampuan mengumpulkan
informasi.
Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran menulis pada tingkat
awal. Pembelajaran menulis pada tingkat awal
ini tidak mudah, dikarenakan siswa pada tingkat tersebut belum memiliki bekal
pengetahuan yang cukup.
Sebelum sampai pada tingkat mampu
menulis, siswa harus mulai dari tingkat awal, tingkat permulaan, mulai dari
pengenalan lambang – lambang bunyi. Pengetahuan dan kemampuan yang
diperoleh pada tingkat permulaan pada pembelajaran menulis permulaan tersebut,
akan menjadi dasar peningkatan dan pengembangan kurikulum siswa selanjutnya.
Apabila dasar tersebut baik dan kuat maka dapat
diharapkan hasil pengembangannya akan baik pula, dan apabila dasar itu
kurang baik atau lemah, maka dapat diperkirakan hasil pengembangannya
kurang baik juga.
B. Metode
yang Digunakan dalam Menulis Permulaan
Dalam pembelajaran menulis ada beberapa
metode yang dapat digunakan antara lain :
a.
Metode Eja
Metode eja di
dasarkan pada pendekatan harfiah, artinya belajar membaca dan menulis dimulai
dari huruf-huruf yang dirangkaikan menjadi suku kata. Oleh karena itu
pengajaran dimulai dari pengenalan huruf-huruf. Demikian halnya dengan
pengajaran menulis di mulai dari huruf lepas, dengan langka-langkah sebagai
berikut:
1.
Menulis huruf lepas.
3.
Merangkaikan suku kata menjadi
kata.
4.
Menyusun kata menjadi kalimat.
b.
Metode kata lembaga
Metode kata
lembaga di mulai mengajar dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Mengenalkan kata.
2.
Merangkaikan kata antar suku
kata.
3.
Menguraikan suku kata atas
huruf-hurufnya.
4.
Menggabungkan huruf menjadi kata.
c.
Metode Global
Metode global memulai pengajaran membaca dan
menulis permulaan dengan membaca kalimat secara utuh yang ada di bawah gambar.
Menguraikan kalimat dengan kata-kata, menguraikan kata-kata menjadi suku kata.
d.
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik)
Teknik pelaksanaan pembelajaran metode SAS yakni
keterampilan menulis kartu huruf, kartu suku kata, kartu kata dan kartu
kalimat, sementara sebagian siswa mencari huruf, suku kata dan kata, guru dan
sebagian siswa menempel kata-kata yang tersusun sehingga menjadi kalimat yang
berarti.
Metode ini sangat cocok dengan jiwa anak-anak, karena metode ini menganut prinsip ilmu bahasa umum, memperhitungkan pengalaman bahasa anak,
dan menganut
prinsip menemukan sendiri.
Dalam penerapan metode SAS, guru
menerapkan langkah–langkah sebagai berikut:
1.
Guru menuliskan sebuah kalimat sederhana, setelah itu
kalimat dibaca, siswa menyalinnya
2.
Kalimat tersebut diuraikan/dipisah–pisahkan ke dalam
kata–kata. Setelah dibaca, siswa menyalin kata–kata itu seperti yang dilakukan
guru.
3.
Kata–kata dalam kalimat itu diuraikan lagi atas
suku–sukunya, setelah dibaca siswa menyalin suku–suku itu seperti yang
dilakukan oleh guru.
4.
Suku–suku kata itu diuraikan lagi atas huruf–hurufnya,
siswa menyalin seperti yang dilakukan guru.
5.
Setelah guru memberikan penjelasan lebih lanjut,
huruf–huruf itu dirangkai lagi menjadi suku kata. Siswa melakukan
seperti apa yang dilakukan guru.
6.
Setelah semua siswa selesai, guru merangkai suku–suku
menjadi kata, murid menyalin.
7.
Kata–kata tersebut dirangkai lagi sehingga menjadi
kalimat seperti semula. Siswa melakukan hal yang sama seperti guru.
Kelebihan metode ini adalah
sebagai berikut:
1) Metode ini
dapat sebagai landasan berpikir analisis.
2) Dengan
langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti
prosedur dan akan dapat cepat membaca pada kesempatan berikutnya.
3) Berdasarkan
landasan linguistik metode ini akan menolong anak. menguasai bacaan dengan
lancar.
Kelemahan dari
metode ini adalah sebagai barikut :
1) Metode SAS
mempunyai kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan
semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini.
2) Banyak sarana
yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini untuk sekolah-sekolah
tertentu dirasa sukar.
3) Metode SAS
hanya untuk konsumen pembelajaran di perkotaan dan tidak di pedesaan.
C. Media yang Digunakan dalam Menulis Permulaan
Untuk mengajarakan menulis permulaan ada
beberapa jenis media yang dapat digunakan antara lain :
a.
Papan tulis,
digunakan guru untuk memberikan contoh, dan oleh siswa digunakan untuk
menuliskan apa yang ditugaskan oleh guru. Misalnya menulis kata, kalimat, nama
sendiri, dan sebagainya.
b.
Papan selip
digunakan oleh guru untuk menyelipkan gambar atau kartu kata, kartu kalimat
yang harus disalin oleh siswa atau gambar yang harus dituliskan judulnya oleh
siswa.
c.
Papan tali,
digunakan untuk menggantungkan kartu kalimat, kartu-kartu kata, dan huruf yang
harus disalin oleh siswa, atau gambar yang perlu dituliskan judulnya.
d.
Majalah anak-anak
dapat digunakan untuk tugas menyalin kalimat sederhana yanga da didalamnya atau
menyalin judul.
e.
Papan nama, kartu
nama, label, dan sebaginya digunakan untuk tugas menyalin.
D.
Langkah–langkah Menulis Permulaan
Langkah-langkah kegiatan menulis
permulaan terbagi ke dalam dua kelompok, yaitu pengenalan huruf dan latihan.
Pengenalan Huruf Kegiatan ini dilaksanakan bersamaan
dengan kegiatan pembelajaran membaca permulaan. Penekanan pembelajaran
diarahkan pada pengenalan bentuk tulisan serta pelafalannya dengan benar. Fungsi pengenalan ini dimaksudkan untuk melatih indra siswa dalam
mengenal dan membeda–bedakan dan lambang-lambang tulisan.
Mari kita perhatikan salah satu contoh pembelajaran
pengenalan bentuk tulisan untuk murid kelas 1 SD. Misalnya guru hendak
mengenalkan huruf a, i, dan n. Langkah-langkah yang ditempuh adalah sebagai
berikut :
a.
Guru menunjukkan gambar seorang anak perempuan dan
seorang anak laki-laki. Dua anak tersebut diberi nama “nani” dan “nana”.
b.
Guru mengenalkan nama kedua anak itu sambil menunjuk
tulisan “nani” dan “nana” yang tertera di bawah masing-masing gambar.
c.
Melalui proses tanya-jawab secara berulang-ulang, anak
diminta menunjukkan mana “nani” dan mana “nana” sambil diminta menunjukkan bentuk
tulisannya.
d.
Selanjutnya, guru memindahkan dan menuliskan kedua bentuk
tulisan tersebut di papan tulis, anak diminta memerhatikannya.
e.
Guru hendaknya menulis secara perlahan-lahan dan anak
diminta untuk memerhatikan gerakan-gerakan tangan, serta contoh pengucapan dari
bentuk tulisan yang sedang ditulis guru.
f.
Setiap tulisan itu kemudian dianalisis dan disintesiskan
kembali.
Demikianlah seterusnya, kegiatan dilakukan berulang-ulang bersamaan dengan
pembelajaran membaca permulaan.
Latihan proses pemberian latihan dilaksanakan
dengan mengutip prinsip dari yang mudah ke yang sukar, dari latihan sederhana
menuju latihan yang kompleks.
Ada beberapa bentuk latihan menulis permulaan yang dapat
kita lakukan, antara lain berikut ini
:
1.
Latihan memegang pensil dan duduk dengan sikap dan posisi
yang benar.
Tangan kanan berfungsi untuk menulis, tangan kiri untuk
menekan buku tulis agar tidak mudah tegeser. Pensil diletakkan di antara ibu
jari dan telunjuk. Ujung jari, telunjuk, dan jari tengah menekan pensil dengan luwes,
tidak kaku. Posisi badan ketika duduk hendaknya tegak, dada tidak menempel pada
meja, jarak anatara mata dengan buku kira-kira 25-30 cm.
2.
Latihan gerakan tangan.
Mula-mula melatih gerakan tangan di udara dengan telunjuk
sendiri, atau dengan bantuan alat seperti pensil. Kemudian dilanjutkan dengan
latihan dalam buku latihan. Agar kegiatan ini menarik, sebaiknya disertai
dengan kegiatan bercerita. Misalnya, untuk melatih membuat garis
tegak lurus, guru dapat berceriya yang ada kaitannya dengan pagar, bulatan
dengan telur, dan sebagainya.
3.
Latihan mengeblat.
Menirukan atau menebalkan suatu tulisan dengan menindas
tulisan yang sudah ada. Ada beberapa cara mengeblat yang bisa dilakukan anak,
misalnya dengan menggunakan karbon, menggunakian kertas tipis, menebalkan
tulisan yang sudah ada. Sebelum anak melakukan kegiatan ini, guru hendaknya
memberi contoh cara menulis dengan benar di papan tulis, kemudian anak
menirukan gerakan tersebut dengan telunjuknya di udara. Setelah itu, barulah
kegiatan mengeblat dimulai. Pengawasan dan bimbingan harus dilakukan secara
individu sampai seluruh anak terperhatikan.
4.
Latihan menghubung-hubungkan tanda titik yang
membentuk tulisan.
Latihan dapat dilakukan pada buku-buku yang secara khusus
menyajikan latihan semacam ini.
5.
Latihan menatap bentuk tulisan.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih
kordinasi antara mata, ingatan, dan jemari anak ketika menulis, sehingga anak
dapat mengingat bentuk kata/huruf dalam benaknya, dan memindahkannya ke jemari
tangannya. Dengan demikian, gambaran kata yang
hendak ditulis tergores dalam ingatan dan pikiran siswa pada saat dia
menuliskannya.
6.
Latihan menyalin baik dari buku pelajaran maupun dari
tulisan guru pada papan tulis.
Latihan ini hendaknya diberikan setelah dipastikan bahwa semua
anak telah mengenal huruf dengan baik. Ada beragam model variasi latihan
menyalin, di antaranya menyalin tulisan apa adanya sesui dengan sumber yang
ada, menyalin tulisan dengan cara berbeda, misalnya dari huruf cetak ke huruf
tegak sambung, atau sebaliknya dari huruf bersambung ke huruf cetak.
7.
Latihan menulis halus/indah.
Latihan menulis halus sangat
diperlukannya contoh dari guru. Guru
harus cermat mengamati cara siswa menulis, sikap menulis, arah datangnya
sinar, dan alat tulis yang digunakan siswa. Guru disamping member contoh
klasikal dipapan tulis juga harus rajin mengoreksi kekeliruan siswa secara perseorangan.
Dalam pelatihan mengenal menulis halus, urutannya sama dengan pelatihan
pengenalan huruf terdahulu.
8.
Latihan dikte/imla.
Latihan ini dimaksudkan untuk melatih siswa dalam
mengordinasikan ucapan, pendengaran, ingatan, dan jari-jarinya (ketika
menulis), sehingga ucapan seseorang itu dapat didengar, diingat, dan
dipindahkan ke dalam wujud tulisan dengan benar.
E. Kesulitan Belajar Menulis
Seperti telah dikemukakan, bahwa pelajaran menulis
mencakup menulis dengan tangan atau menulis permulaan, mengeja, dan menulis ekspresif.
a.
Menulis Dengan Tangan Atau Menulis Permulaan.
Menurut lerner (1985 :402) ada beberapa faktor yang
mempengaruhi kemampuan anak untuk menulis, antara lain : (1) Motorik, (2) Perilaku, (3) Persepsi, (4) Memori, (5) Kemampuan melaksanakan cross modal, (6) Penggunaan tangan yang dominan, (7) Kemampuan memahami insting.
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan
mengalami kesulitan dalam menulis. Tulisannya tidak jelas, terputus-putus,
tidak mengikuti garis. Anak yang hiperaktif atau anak yang perhatiannya mudah
teralihkan, dapat menyebabkan pekerjaannya terhambat termasuk pekerjaan
menulis. Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam
menulis. Jika persepsi visualnya terganggu, anak mungkin akan kesulitan untuk
membedakan bentuk – bentuk huruf.yang hampir sama seperti \d\ dan \b\, \p\
dengan \q\, \h\ dengan \n\ atau \m\
dengan \w\. Jika persepsi auditori yang terganggu,
mungkin anak akan mengalami kesulitan untuk menulis kata-kata ynag diucapkan
oleh guru.
Gangguan memori juga dapat dijadikan sebagai penyebab
terjadinya kesulitan belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang
akan ditulis. Jika gangguan menyangkut ngatan visual, maka anak akan sulit
untuk mengingat huruf atau kata; dan jika gangguan tersebut
menyangkut memori auditori anak akan mengalami kesulitan
menulis kata-kata yang baru diucapkan oleh guru.
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia.
Disgrafia menunjukkan kepada ketidakmampuan mengingat cara membuat huruf atau
simbol – simbol matematika. Kesulitan belajar menulis sering terkait dengan
cara anak memegang pensil. Ada 4 macam cara anak memegang pensil yang dapat
dijadikan sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan menulis, yaitu ; sudut
pensil terlalu besar, sudut pensil terlalu kecil, menggenggam pensil dan
menyangkutkan pensil ditangan atau menyeret.
b.
Menulis Mengeja
Mengeja adalah suatu bidang yang tidak memungkinkan
adanya kratifitas atau berfikir defergen. Hanya ada satu pola susuan huruf –
huruf untuk suatu kata yang dapat dianggap benar, tidak ada kompromi.
Sekelompok huruf yang sama akan memiliki makna yang berbeda jika disusun secara
berbeda. Kelompok huruf \b\, \i\, dan \u\ misalnya, dapat disusun menjadi ibu,
ubi, bui dan iub, tiga susunan pertama mengandung makna yang berbeda sedang
susunan terakir tidak mengandung makna oleh karena itu, mengeja pada hakekatnya
memproduksi urutan hurut yang benar baik dalam bentuk ucapan atau tulisan dari
suatu kata.
c.
Menulis ekspresif
Menulis ekspresif adalah mengungkapkan
pikiran dan atau perasaan kedalam suatu bentuk tulisan, sehingga dapat difahami
oleh orang lain yang sebahasa. Menulis ekspresif disebut juga
mengarang atau komposisi.
Kesulitan menulis ekspresif mungkin
yang terlalu banyak yang dialami baik oleh anak maupun oleh orang dewasa. Agar
dapat menulis ekspresi seseorang harus terlebih dulu memiliki kemampuan
berbahasa ujaran, membaca, mengeja, menulis dengan jelas, dan memahami berbagai
aturan yang berlaku bagi suatu jenis penulisan,dengan menggunakan kata-kata
sendiri.
F.
Kategori Menulis Permulaan
Dalam kurikulum 1994 (GBPP) SD, mata pelajaran bahasa
Indonesia, pengajaran menulis permulaan dipilah menjadi 2 kategori, yaitu :
a.
Pengajaran
Pra-menulis
Yang termasuk pengajaran menulis yaitu :
1.
Melemaskan tangan
dengan menulis di udara.
2.
Memegang pensil
dengan benar (pensil tajam jarak mata pensil dan jari cukup, posisi atau
kemiringan pensil benar, susunan jari, dan posisi tangan kiri benar).
3.
Melemaskan jari
dengan mewarnai, menjiplak, menggambar melatih dasar menulis (garis tegak, miring,
lurus, lengkung)
4.
Melemaskan jari
dengan cara menuliskan huruf dengan menggunakan jari ( di bak pasir, di meja,
di udara).
b.
Pengajaran Menulis
(Permulaan)
Pengajaran menulis (permulaan) difokuskan
pada penulisan huruf, penulisan kata, penggunaan kalimat sederhana, dan tanda
baca (huruf kapital, titik, koma, dan tanda tanya). Dengan demikian, dapat
dikemukakan bahwa materi pelajaran menulis permulaan meliputi :
1.
Penulisan huruf
2.
Penulisan kata
3.
Penggunaan kalimat
sederhana
4.
Tanda baca (huruf
kapital, titik, koma, dan tanda baca).
G.
Tujuan Pembelajaran Menulis Permulaan
Tujuan pembelajaran menulis permulaan
meliputi :
a.
Memupuk dan
mengembangkan kemampuan siswa untuk memahami dan melaksanakan cara menulis
dengan baik dan benar.
b.
Melatih
mengembangkan kemampuan siswa untuk mengenal dan menulis huruf (abjad) sebagai
tanda bunyi atau suara.
c.
Melatih dan
mengembangkan kemampuan siswa agar terampil sesuai dengan teknik-teknik
tertentu.
d.
Melatih
keterampilan siswa untuk dapat memahami kata-kata yang ditulis dan mengingat
artinya dengan baik.
Oleh: Kurniasari Dwi Nurratri





Tidak ada komentar:
Posting Komentar